BudayaPemikiranSejarah

Melacak Jejak Pluralisme: Pengaruh Freemasonry dan Teosofi di Indonesia

Share the idea

Sepanjang hemat kami, agama yang paling indah dan paling suci ialah kasih sayang. Dan untuk dapat hidup menurut perintah luhur ini, haruskah seorang mutlak menjadi Kristen? Orang Buddha, Brahma, Yahudi, Islam bahkan orang kafir pun dapat hidup dengan kasih sayang yang murni.

Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 14 Desember 1902.

Betapapun jalan-jalan yang kita lalui berbeda, tetapi kesemuanya menuju kepada satu tujuan yang sama, yaitu kebaikan. Kita juga mengabdi kepada kebaikan, yang tuan sebut Tuhan, dan kami sendiri menyebutnya Allah.

Surat Kartini kepada Dr. N. Adriani, 24 September 1902.

Kartini, adalah salah satu dari sekian banyak tokoh nasional yang terpengaruh pemikiran humanisme dan pluralisme Freemasonry, meski beliau sendiri bukanlah anggotanya. Lantas, apakah Freemasonry juga berhasil menjangkiti pemikiran tokoh nasional lainnya?

Teosofi (bentuk halusnya Freemasonry) atau Freemasonry (bentuk halusnya illuminati) sendiri baru eksis di negeri ini bersamaan dengan kedatangan para penjajah, terutama Belanda dan Inggris. Di era Portugis dan Spanyol, organisasi ini tidak terlalu nampak. Sebab, Spanyol dan Portugal merupakan negara-negara yang saat itu membawa misi penyebaran agama Katholik, sedangkan Freemasonry sendiri adalah organisasi yang secara ide bertentangan dengan gereja.

Freemasonry modern diawali oleh usaha mereka untuk melepaskan masyarakat dari pengekangan doktrin gereja, yang seringkali dianggap tidak logis dan tidak humanis. Maka, the secret society kemudian muncul dan ide-idenya tumbuh subur di Eropa Barat (seperti Belanda, Inggris dan Prancis) yang memiliki semangat revolusi yang tinggi dan tidak terlalu religius.

Teosofi mencoba meramu sebuah aliran “agama baru” yang mencampuradukkan dan menyatukan semua agama (pluralisme). Menurut Petrovna Helena Blavatsky (seorang Bangsawan Rusia berdarah Yahudi yang menjadi tokoh sentral Teosofi), agama adalah tunas-tunas dari batang pohon yang sama, yaitu the wisdom of religion. Maka, tujuan dari teosofi adalah menyatukan semua agama di dalam satu etika umum dan menjalankan persaudaraan universal tanpa memandang perbedaan agama, ras, warna kulit, kasta, maupun jenis kelamin.

Mereka memiliki slogan, “There is no religion higher than truth”. Tidak ada agama yang lebih tinggi daripada kebenaran. Maknanya, agama apapun selama mengajarkan kebaikan, menurut mereka adalah sama. Agama bukanlah kebenaran absolut, dan anggota teosofi tak boleh menganggap ajaran agamanya paling benar.

Dalam babad Theosofie, proses pluralisme digambarkan melalui proses pendidikan anak sejak dini, yaitu “ambudi pamredining lare, boten mawi gepokan agami” – mengusahakan pendidikan anak-anak dengan mengabaikan persentuhan agama. Hal inilah yang kemudian menginspirasi kelahiran budi pekerti. Inti ajarannya adalah perbaikan diri, dengan agama yang diletakkan sebagai urusan privat (sekularisme).

Sebagai sosok pengagum okultisme yang ia yakini sebagai jalan kebenarannya, Blavatsky pernah mengunjungi Jawa – terutama candi Mendut dan candi Borobudur yang dianggap mengandung nilai-nilai peradaban kuno. Ajaran ini kemudian semakin meluas berkat sokongan tokoh-tokoh elit dan pejabat Belanda. Walhasil, gerakan ini berhasil mempengaruhi berbagai kalangan, mulai dari doktor, insinyur, guru, serta pegawai-pegawai pemerintah seperti bupati dan gubernur. Beberapa tokohnya yang terkenal adalah Eduard Douwes Dekker (Multatuli) dan Sneevlit (tokoh yang membawa komunisme ke Indonesia dan Cina). Dari dalam negeri, tokoh yang tercatat pernah menjadi anggota teosofi adalah H. Agus Salim, Ahmad Soebardjo, Soetomo, dan Tjipto Mangoenkoesoemo.

Di era politik etis, konsep humanisme ini menginspirasi Belanda untuk membuka sekolah-sekolah dan mengenalkan modernisme Barat kepada pribumi. Meski masih terbatas bagi kalangan elit, namun adanya lembaga pendidikan ini memicu pertukaran pemikiran antara muslim yang masih memiliki ghiroh keislaman yang kuat dengan kalangan yang condong kepada sekularisme Barat. Fenomena ini ternyata lebih banyak memicu konflik, sebagaimana yang terjadi antara Sarekat Islam dengan Budi Utomo. Salah satu peristiwa besar yang terjadi akibat gesekan ini adalah dibentuknya “Tentara Kanjeng Nabi” oleh Tjokroaminoto, sebagai bentuk perlawanan atas sikap lancang tokoh-tokoh Budi Utomo yang dianggap menghina Rasulullah.

Di Jawa, ajaran mereka memunculkan aliran primbon dan kebatinan yang erat dengan unsur syirik. Mereka juga berhasil membuat trikotomi atas Islam, yaitu Islam abangan, santri, dan priyayi. Dalam kesempatan lain, mereka menggunakan label tasawuf untuk menarik minat masyarakat.

Menurut penuturan Haji Agus Salim, ritual yang dilakukan oleh Freemasonry adalah penyembahan setan, berhala, pemanggilan roh, maupun pemujaan kekuatan alam. Mereka membuat banyak Lodge/Loji yang disebut sebagai tempat pertemuan – meski sebenarnya adalah tempat ritual. Di tempat inilah, mereka saling bertukar pikiran dan membina ikatan persaudaraan (brotherhood). Jejaknya bahkan bisa kita temukan sampai hari ini, seperti berbagai loji dan simbol-simbol khas mereka di Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, maupun Surabaya.

Peninggalan-peninggalan ini sebenarnya menunjukkan bahwa mereka bukanlah organisasi yang tak bisa dilacak. Selain pentagram dan ouroboros, simbol menonjol lainnya adalah obelisk, yang juga terdapat di negara lain seperti Amerika dan Vatikan. Di Jakarta, lambang ini juga menginspirasi Soekarno dalam pembangunan monas. Pengaruh yang lebih luas, juga dapat kita temui di Bogor, sebagaimana terdapat salah satu kelurahan di wilayah Bogor Barat yang diberi nama Loji. Di Kebun Raya Bogor, obelisk ini juga masih dapat kita temukan. Tak heran, sebab Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor) adalah dua kota yang sama-sama dibangun Belanda.

Soekarno, memang menjadi salah satu tokoh yang banyak terpengaruh pemikiran Freemason. Selain karena ayahnya yang merupakan seorang teosof, berbagai pertukaran pemikiran saat itu turut memberi pengaruh besar. Dalam pidato perumusan dasar negara, beliau pun menyampaikan asas “Ketuhanan yang berkebudayaan”. Ide-ide freemason terkait pluralisme, humanisme dan sekularisme tersebut kelak mempengaruhi Soekarno dalam menginisiasi lahirnya NASAKOM yang mencoba menyatukan tiga ideologi dunia.

Pengurus Besar Provinsial Freemason Hindia-Belanda pada 1949, juga ikut mengucapkan selamat atas terpilihnya Soekarno dan Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden RIS. “Berhubungan dengan pengangkatan Yang Mulia sebagai presiden pertama Republik Indonesia Serikat, Freemason dengan segala hormat mengucapkan selamat kepada Yang Mulia, dan menegaskan kepada Anda bahwa tujuan-tujuan RIS untuk melayani kemanusiaan, seluruhnya mendapat resonansi dalam asas-asas Freemason.” Hatta kemudian membalas telegram itu, berterimakasih atas ucapan selamat dan atas “penegasan bahwa salah satu sila Pancasila di UUD kami tentang kemanusiaan, seluruhnya mendapat resonansinya dalam asas-asas Freemason”.

Eksistensi mereka tentu masih ada, meski tak seterbuka dulu. Strategi yang digunakan hari ini lebih kepada menyusup atau membentuk organisasi baru yang menyebarkan ide mereka, sebagaimana ikut andilnya mereka dalam menyebarkan paham sekularisme-pluralisme-nasionalisme untuk meruntuhkan Khilafah, dukungannya atas gerakan komunisme untuk meruntuhkan kekuasaan tsar di Rusia, serta memunculkan aliran-aliran sempalan seperti Sikh dan Ahmadiyah di India.

Mengenai keterkaitan antara freemason dengan dajjal, pendapat ini menguat melalui berbagai keterkaitannya dengan ciri-ciri dajjal itu sendiri. Salah satu yang disembah oleh Freemasonry adalah lucifer, yang dilambangkan dengan mata satu. Hari ini, hal itu diwujudkan dalam percaturan politik global yang mereka kuasai, seperti Novus Ordo Sclorum (Tata Dunia Baru/New World Order) di belakang uang 1 dolar yang disertai dengan kalimat “In God We Trust” di dekat mata satu.

Lantas, apa manfaat dari ditunjukkannya simbol-simbol itu? Mampukah hanya dengan simbol dapat mengubah pemikiran masyarakat?

Sejatinya, simbol itu hanyalah lambang eksistensi mereka. Sedangkan dampak nyata dari Freemasonry sebenarnya bukan pada simbol dan bangunannya, melainkan pesan yang mereka bawa: sekularisme, pluralisme, nativisasi (menghilangkan peran Islam dari sejarah bangsa Indonesia) dan humanisme – dengan tantangan terbesar bagi mereka adalah kaum muslimin yang paling kuat menghadapi ide mereka. Maka untuk melawan Freemasonry, lawanlah idenya. Bukan hanya melawan pernak-perniknya. Hanya mempersoalkan bangunan maupun simbol-simbol itu tidak akan berarti apa-apa.

Di sisi lain, umat Islam juga tidak boleh terjebak pada diskursus mengaitkan segala sesuatu dengan Freemason. Misalnya menganggap bahwa akar ilmu pengetahuan hari ini – yang bisa dibuktikan melalui metode ilmiah – adalah hasil pekerjaan Freemason. Padahal, hanya sebuah cocoklogi tanpa landasan literatur yang kuat. Sebagaimana yang terjadi pada fenomena perdebatan bentuk bumi yang “jauh panggang daripada api”. Tak heran, jika banyak yang melabeli umat Islam sebagai umat yang malas berpikir.

Padahal, tokoh-tokoh Freemason sendiri beretos kerja tinggi dan sangat ilmiah. Termasuk dalam pembuatan berbagai simbol, mereka melakukan perhitungan yang cermat. Menghitung ukuran bahkan hingga garis lintang dan bujurnya. Walhasil, kita pada akhirnya membuang-buang waktu dalam urusan pernak-pernik. Padahal, sekularisme-pluralisme-liberalisme, masih menjadi pedoman hidup umat Islam hingga hari ini.[]

Sumber:

Artawijaya. 2019. Freemason & Teosofi: Persentuhannya dengan Elite Modern di Indonesia. Pustaka Al-Kautsar: Jakarta.

Eddward S Kennedy. 2019. Madame Blavatsky dan Sejarah Pencarian Spiritual ala Teosofi. https://tirto.id/madame-blavatsky-dan-sejarah-pencarian-spiritual-ala-teosofi-drjx

Hendri F. Isnaeni. 2013. Sukarno dipengaruhi Freemason. https://historia.id/politik/articles/sukarno-dipengaruhi-freemason-v2Z1v

Irfan Teguh. 2018. Teosofi dan Pergerakan Nasional. https://tirto.id/teosofi-dan-pergerakan-nasional-cL8i

M. Amien Rais, dkk. 2010. 1 Abad Muhammadiyah: Istiqomah Membendung Kristenisasi & Liberalisasi. MTDK-PPM: Yogyakarta.

Share the idea

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *