Mengapa Bulan Ramadhan Identik dengan Puasa?
Ada sebuah pertanyaan menggelitik yang bisa jadi tidak pernah terlintas dalam benak kita, “Mengapa bulan Ramadhan identik dengan puasa?”
Mungkin penyebab hal tersebut tidak pernah ditanyakan adalah karena pada bulan Ramadhan, terjadi sebuah kecenderungan bahwa puasa adalah ibadah utama yang diwajibkan selama satu bulan penuh, dimana pada bulan-bulan lain, tidak diwajibkan berpuasa.
Namun jika kita menelisik kembali, dari 114 surat dan ribuan ayat, ternyata di dalam Al-Qur’an kata Ramadhan hanya disebutkan sebanyak 1 kali. Di manakah kata Ramadhan disebutkan?
Kata Ramadhan justru tidak disebutkan ketika Allah menyerukan kewajiban puasa, sebagaimana dalam QS Al Baqarah ayat 183
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Dan pada ayat setelahnya (QS Al Baqarah ayat 184), Allah juga tidak menyebutkan kata Ramadhan.
أيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Satu-satunya kata Ramadhan dalam Al-Qur’an justru disebutkan pada Al-Baqarah ayat 185, ketika Allah mengaitkannya dengan peristiwa turunnya Al-Qur’an
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Maka, turunnya Al-Qur’an pada bulan Ramadhan tentu menjadi sebuah keistimewaan
Fakhruddin Ar Razi dalam tafsir Mafatihul Ghaibi berkata, “Allah telah mengistimewakan bulan Ramadhan dengan jalan menurunkan Al-Qur’an di dalamnya. Oleh karena itu, Allah mengkhususkannya dengan suatu ibadah yang sangat besar nilainya, yaitu puasa. Puasa itu menyingkapkan tabir-tabir yang menghalangi kita manusia memandang Nur Ilahi Yang Maha Kudus.”
Maka, sudah selayaknya kita menghabiskan hari-hari Ramadhan kita tidak hanya untuk melaksanakan puasa, namun juga mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an, satu-satunya kitab yang layak dijadikan pedoman hidup manusia.
Bukankah kitab ini adalah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya?