Dalam Islam, perempuan telah diberikan hak-haknya secara penuh tanpa harus menuntut, berjuang, melakukan protes, dan pemogokan. Sungguh, hukum Islam telah memenuhi hak perempuan sebagai seorang manusia sejak awal.
Secara psikologis, apa yang terjadi pada umat Islam hari ini adalah wujud rasa kecewa karena tidak memiliki sesuatu untuk dibanggakan. Walhasil, gharizah baqa nya akan mencari sesuatu yang bisa ia banggakan, sekalipun itu tidak masuk akal.
Bahkan saat ini pun umat Islam memang sudah kehilangan semua hal yang bisa dibanggakan. Katanya, umat Islam itu punya akhlak. Akhlak apa? Realita justru menunjukkan bahwa negeri muslim kotor, tidak disiplin, bahkan koruptornya paling banyak. Nah, bingung kan?
Apabila beliau menuliskan satu bab khusus dalam sebuah buku, itu menandakan bahwa ini adalah masalah yang penting, dan Syekh Taqi biasanya akan langsung memberikan rumusan baku dengan satu bab atau satu buku itu selesai. Tapi pendidikan ini, kalau kita mengupas kitab-kitab yang beliau tulis mulai dari Nidzomul Islam sampai Syakhsiyah Islam jilid 3, masalah pendidikan itu dibahas semua di situ. Tidak menempati bab khusus, tapi seluruhnya.
Tan Malaka secara tidak langsung membantah tesis Lenin dan membela Pan-Islamisme, “Saat ini Pan-Islamisme berarti perjuangan untuk pembebasan nasional, karena bagi kaum muslim, Islam adalah segalanya: tidak hanya agama, tetapi juga negara, ekonomi, makanan, dan segalanya……”
Mengenai hal ini, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi mengomentari, “Bahwa kaum Kristen yang tunduk di bawah pemerintahan Dinasti Saljuk lebih berbahagia dan lebih makmur dibandingkan saudara-saudara mereka yang hidup di bawah naungan Kekaisaran Byzantium sendiri. Tiada bukti yang menunjukkan adanya penindasan Dinasti Saljuk terhadap kaum Kristen di dunia Timur.”
Sungguh sangat menarik. Kita akan disuguhi bagaimana sih romantisme Muhammad al-Fatih ketika menuntut ilmu, bertemu dengan Syekh Aaq Syamsuddin, dan berbagai guru-guru beliau.
Revolusi 1917 inilah yang memperlihatkan kubu kiri yang bergerak di atas fundamen Marxisme, dan tentu menjadi persoalan ketika mereka berusaha menyebarluaskan pengaruhnya dalam tubuh SI, dengan Semaoen sebagai ujung tombaknya dan Sneevliet sebagai dalangnya. Aroma keterlibatannya telah lama dicurigai oleh tokoh-tokoh Islam seperti Abdoel Muoeis dan Haji Agus Salim.
Jika kita menggunakan konstruksi berpikir filsafat, maka kita harus mulai dari ontologi. Apa sih hakikat demokrasi? Jika merujuk pada Abraham Lincoln, demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Berdasarkan antroposentrisme, teori tersebut menunjukkan bahwa manusia merupakan standar kebenaran – dari manusia, oleh manusia, untuk manusia. Berdasarkan antropomorfisme, hal ini berarti manusia menggantikan peran Tuhan selaku pemilik hakikat kebenaran. Manusia seolah-olah dituhankan.
Kita juga ingin membuat sebuah film dokumenter yang dari situ ada ibroh yang bisa diambil. Bahwasannya, jejak Khilafah di Nusantara itu ada dan banyak terekam dalam buku-buku, dalam sumber-sumber primer yang tersebar di berbagai macam tempat. Tapi, sampai saat ini kita belum melihat ada usaha untuk membuat film dokumenter tentang hal itu secara apik.