Memahami Pemikiran Syekh Abdullah Azzam: Arsitek Jihad Global
Penulis: Ansar Elhaddadi
“Islam diwarnai oleh dua warna. Merah darah para syuhada dan hitam tinta para ulama.”
Asy-Syahid, Syekh Abdullah Azzam
“Namun, ketika kesempatan melesatkan peluru dan batu tak kunjung kami hadapi, maka kami bersemangat untuk mengkaji ilmu dan buku. Dengan tinta, kami akan menyongsong peradaban baru.”
Dr. Abdullah Yusuf Azzam terkenal sebagai “The Father of Global Jihad“, punggawa para mujahidin yang berhasil mengusir invasi Uni Soviet dan Amerika Serikat dari Afghanistan. Beliau pun disebut-sebut sebagai perintis jihad modern pasca tumbangnya khilafah pada 1924. Kepada seluruh umat Islam, beliau menyerukan persatuan dan pembelaan atas korban agresi, mengembalikan tanah muslim dari penjajahan dan dominasi asing, menegakkan kalimatullah dan mewujudkan kembali Khilafah sebagai satu-satunya institusi politik perisai umat Islam.
Berbeda dengan negara-negara di Asia Tenggara yang mayoritas sudah terbebas dari penjajahan fisik, Syekh Abdullah Azzam memandang bahwa jihad kontemporer adalah harapan umat dalam melawan imperialisme Barat. Beliau berpesan, “Barisan depan ini merupakan landasan yang kokoh bagi kaum muslimin, dan kita akan melanjutkan jihad tidak peduli berapa lama jalannya sampai napas terakhir dan denyut nadi terakhir atau sampai kita melihat Daulah Islam didirikan.”
Kontribusinya membangun infrastruktur paramiliter ideologis dan praktis untuk globalisasi gerakan Islam akhirnya berhasil melahirkan banyak kader tangguh dan militan yang tidak hanya berpengaruh di lokal Afghanistan dan Pakistan, namun telah menyebar di seluruh penjuru dunia. Beberapa tokoh yang terinspirasi darinya adalah Usamah bin Ladin (Mantan Pemimpin Al Qaeda), Mullah Muhammad Umar (Amir Emirat Islam Afghanistan dan Thaliban), Komandan Samir bin Shalih (Mantan komandan Mujahidin asing tertinggi Chechnya), Abu Mush’ab As Suri (pelatih Mujahidin Afghan dan mantan anggota Ikhwanul Muslimin lebih dari 20 tahun) serta Aiman Adz Dzawahiri (Pemimpin tertinggi Al Qaeda saat ini). Majalah Time berkomentar “Dia (Abdullah Azzam) adalah orang yang bertanggung jawab atas bangkitnya Jihad Global di abad 20“.
Moskow mengirim 4 divisi besar pasukan komunisnya untuk menginvasi Afghanistan. Berkat dorongan pemikiran Abdullah Azzam, masyarakat bahu-membahu berjihad mengusir Soviet. Meski kekurangan dana dan persenjataan, Abdullah Azzam bepergian dari satu daerah ke daerah lain untuk menyerukan persatuan seluruh mujahidin Afghanistan. Karena hebatnya pengaruh dan motivasi beliau, bi idznillah milyaran dolar donasi mengalir dari kantong kaum muslimin di seluruh dunia.
Menurutnya, kemenangan akan lebih mudah kalau adanya persatuan. Apalagi, umat Islam adalah bersaudara, antara satu dengan yang lainnya harus saling membantu. Hasilnya, persatuan seluruh mujahidin Afghanistan berhasil membuat Soviet mengalami kekalahan telak.
Kemenangan tersebut tentu sangat fenomenal, mengingat negara komunis dengan 620 ribu tentara dan persenjataan canggih bisa dikalahkan oleh mujahidin yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti dan senjata yang lebih sederhana. Namun di balik ‘sederhana’-nya persenjataan mujahidin Afghanistan, Rusia sangat ketakutan setelah pasukannya mengetahui bahwa batu yang dilemparkan mujahidin bisa berubah menjadi bom dan peluru.
Kisah karamah itu terjadi saat seorang mujahid bernama Ghul Muhammad ditangkap tentara Soviet. “Suatu malam,” sebagaimana yang dituturkan dalam buku Tarbiyah Jihadiyah, “Ghul tersesat saat ingin kembali ke batalionnya.” Bukannya tiba di markas, Ghul justru masuk ke wilayah musuh. Ia pun ditangkap dan diinterogasi. “Sebelum kami membunuhmu,” kata seorang perwira Rusia, “kami ingin bertanya, bagaimana terkadang senjata kalian membakar tank-tank kami?”
Ghul merasa dirinya akan mati tak lama lagi. Karenanya ia ingin bersiasat untuk menakuti pasukan Rusia. “Jangankan peluru-peluru kami,” jawab Ghul tanpa takut, “bahkan sekiranya kami melempar batu pun ia akan mampu menembus tank kalian.”
Tentu saja perwira itu tak percaya. Tapi karena penasaran, ia ingin menguji kebenaran kata-kata itu. “Baiklah, itu tank kami. Silahkan kau lempar dengan batu agar kami bisa melihat bagaimana batu itu bisa menembusnya.” Ghul tak menyangka bahwa sang perwira akan berbuat sejauh itu, padahal ia hanya bersiasat. Namun, ia berkeyakinan penuh bahwa Allah akan menolongnya. “Kalau begitu, biarkan aku mengerjakan shalat dua rakaat dulu,” pinta Ghul. Dalam sujudnya, Ghul berdoa sepenuh hati. Ia bermunajat kepada Allah memohon pertolongannya. “Ya Allah… janganlah Engkau membuka aibku. Engkau mengetahui bahwa batu-batu ini tidak dapat berbuat apa-apa.” Selesai shalat, Ghul berdoa lagi. Ia bertawakkal kepada Allah, dan memohon keajaiban dari-Nya.
Setelahnya, ia mengambil segenggam batu kerikil dan melemparnya ke sebuah tank di depannya. Sorot mata para tentara Rusia mengikuti gerak batu itu, yang kemudian terbelalak ketika menyaksikan percikan api muncul dari batu yang menghantam tank. Terbakar. Ya, tank itu terbakar.
“Jauhkan tank-tank di sebelahnya agar tidak ikut terbakaarrr!” perintah sang perwira mengejutkan para tentara.
Usai menyaksikan keajaiban itu, sang perwira melepaskan Ghul. “Pergilah, kami tak ingin membunuhmu,” pungkasnya dengan ada kesal. Sejak saat itu, mereka takut bahwa semua batu yang dilemparkan mujahidin Afghanistan bisa berubah menjadi bom dan peluru. Inilah salah satu keajaiban dari beberapa karomah pertempuran Jihad Afghanistan bahwasanya orang-orang yang menolong agama Allah maka pasti pula Allah akan menolongnya.
Asy Syahid Abdullah Azzam telah berjihad di Palestina sebelum bergabung dengan para mujahidin di Afghanistan. Lantas beliau bertekad tidak akan berhenti berjuang atau meletakkan senjata dari tangannya sebelum melihat tegaknya Daulah Islamiyah dan negeri-negeri Islam yang dianeksasi kembali kepada pemiliknya (yakni kaum muslimin). Beliau berhasil mengembalikan kepercayaan diri kaum muslimin serta menumbuhkan secercah harapan bahwa umat bisa mencapai kejayaannya kembali dengan melakukan perlawanan atas penjajahan fisik melalui gerakan jihad global.
Beliau juga menginspirasi diterbitkannya buku-buku seputar jihad berjudul “Tarbiyah Jihadiyah” yang menggambarkan pertempuran fenomenal di bumi Afghanistan melawan invasi Soviet. Penuturannya begitu hidup, seakan kita diajak langsung merasakan suasana jihad di Afghanistan. Berkat keakraban bertutur sang Syahid yang melegenda itu, tak berlebihan jika bukunya dinobatkan sebagai “La Tahzan” nya Jihad.
Beliau menyatakan, “Jihad adalah perang dan jihad bukan hanya di Afghanistan. Engkau bisa berjihad di manapun engkau berada. Jihad adalah satu-satunya jalan untuk menegakkan agama Allah di muka bumi, jihad pula yang akan membebaskan negeri-negeri muslim yang sedang dijajah oleh musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya.”
Afghanistan hanyalah awal. Visi besar beliau, tentu saja membebaskan tanah suci Palestina dari Israel. Upaya tersebut tentu dilakukan dengan maksimal, karena peradaban Islam sejatinya diukir oleh dua hal: hitam tinta para ulama dan merah darah para syuhada. Keduanya bersinergi mengguncang dunia, memecah simpul-simpul dzhalim yang mengikat kejayaan Islam sekian lama. Jika tidak ada ruang untuk memilih di antara keduanya, maka melaksanakan keduanya adalah puncak kemuliaan. Tak heran, Abdullah Azzam dijuluki sebagai Bapak Arsitek Jihad Global abad ke 20.
Hingga akhir hayatnya, Dr. Abdullah Azzam memfokuskan seluruh potensi dirinya pada gerakan jihad. Beliau menemui kesyahidannya pada Jum’at 24 November 1989, ketika mobil yang ditumpangi bersama kedua anaknya dalam perjalanan ke masjid untuk memberi khutbah Jum’at meledak karena bom yang dipasang oleh musuh-musuh Islam. Semoga Allah merahmati beliau dan menempatkannya di tempat yang teramat mulia.[]
Sumber:
Abdullah bin Azis, Pasukan Panji Hitam, penerbit Jazeera, Solo 2013
Abdullah Azzam, Surat Dari Garis Depan, penerbit Jazera, Solo 2006
Abdullah Azzam, Tarbiyah Jihadiyah, penerbit Jazeera, Solo 2015