Politik

Siasat Oligarki Di Wano Kuni

Share the idea

Kozuki Oden. Meski kelak meneruskan takhta Shogun (gelar penguasa negeri Wano), namun kepribadiannya sama sekali tak menunjukkan bahwa ia layak berstatus sebagai bangsawan: ucapannya kasar, kelakuannya bar bar. Inilah yang membuatnya tak disukai masyarakat, khususnya penduduk ibukota.

Ke mana pun ia melangkah, ia hanya akan dihujat. Bahkan dalam aksi besarnya untuk menyelesaikan insiden amukan seekor babi di ibukota, ia disinyalir sebagai dalangnya.

Walau penyelamatannya meninggalkan kesan heroik, namun citranya sebagai bangsawan bar-bar begitu melekat. Walhasil, mereka tak sudi mengakui kepahlawanan Oden.

Sepak terjangnya ini yang juga membuat Shogun gerah. Akibatnya, ia diusir dan terpaksa menerima suaka di pengasingan.

Meski demikian, tak sedikit yang mengagumi dan bahkan bersedia menjadi pengikutnya – yang tak dinyana, mayoritas adalah preman. Tapi, Oden tak peduli pada latar belakang mereka.

Pada akhirnya, kharisma Oden yang demikian kuat berhasil menginspirasi mereka untuk melakukan “revolusi akhlak” dan “bertaubat”. Mereka menjadi ringan tangan, terlebih kepada orang-orang tertindas dan yang tertimpa bencana.

Di pengasingannya itulah, ia begitu dihormati. Bahkan, kepemimpinannya diakui oleh Shogun dan ia pun diangkat menjadi Daimyo wilayah itu. Perlahan, citranya terus membaik .

Sayangnya, hal itu tak lantas mengubah pandangan rakyat ibukota yang sejak awal, memang benci padanya. Bagi mereka, Oden hanyalah bangsawan tukang onar yang mengganggu kedamaian ibukota.

Waktu berlalu, dan kehidupan Oden memasuki fase baru. Pertemuannya dengan bajak laut yang terdampar di Wano, membuat ia harus meninggalkan tanah airnya dan hidup berkelana.

Sayang seribu sayang. Sepeninggalnya, Wano menjadi sebuah negeri tanpa pengawasan. Melalui sebuah konspirasi, Shogun berhasil digulingkan dan naiklah Orochi, seorang penguasa planga-plongo yang tak punya kemampuan memimpin.

Meski hanya seorang pengecut, namun Orochi punya ambisi berkuasa yang besar. Ia menjadi diktator yang senantiasa memperkaya diri dan sekutu-sekutunya. Bahkan, ia sangat bangga dengan garis darah keluarganya dan membangun sebuah oligarki.

Untuk itu, ia bekerjasama dengan Kaido, bajak laut taipan yang mampu berubah menjadi naga. Hubungan mereka sangatlah mesra, meski bagi Kaido, Orochi hanyalah penguasa boneka yang ia manfaatkan untuk memperbanyak pundi hartanya.

Berkat investasi yang disuntikkan oleh Kaido, industri yang tak memerhatikan analisis dampak lingkungan berhasil tumbuh subur. Negeri Wano, sebuah negara kepulauan yang gemah ripah loh jinawi itu akhirnya berada di ambang kehancuran. Rakyat yang lemah dan tak berdaya untuk melawan, bingung harus mengadukan nasibnya kepada siapa. Orochi melenggang tanpa oposisi.

Mendengar rangkaian kedzaliman ini, Oden yang baru saja pulang tentu marah besar. Terlebih, ketika ia mendengar bahwa keluarganya juga menjadi korban.

Ia segera bergerak ke istana Shogun. Pergerakannya langsung menjadi trending topic dan disambut oleh gelombang kerumunan rakyat yang memang sudah muak atas kepemimpinan Orochi.

Namun, kali ini sweeping nya gagal total. Penyanderaan Orochi atas penduduk Wano memaksa Oden harus membuang harga dirinya dan menuruti skenario rezim. Ia kemudian dicap pengecut dan rakyat berbalik membenci dan senantiasa menghujatnya.

Usaha Oden terus mengalami kegagalan. Puncaknya, liciknya skenario rezim membuatnya tertangkap dan dipenjara. Ia dan pengikutnya, bersiap dieksekusi di hadapan umum.

Eksekusi itu, ternyata justru menjadi titik balik opini umum di masyarakat. Mereka akhirnya sadar, bahwa Oden selama ini melindungi mereka dari keganasan rezim.

Tentu saja, tak semua rakyat setuju atas metodenya. Bahkan pengagumnya pun sempat menghujatnya. Meski demikian, Oden telah menjelma menjadi simbol perlawanan atas kedzaliman rezim.

Sayang, rakyat telat sadar. Di tengah mencuatnya kasus korupsi rezim, Oden dan organisasinya akhirnya dibubarkan dan dilarang selamanya.

Pasca eksekusi Oden dan pembubaran organisasinya, penduduk Wano semakin menderita. Sistem ekonomi yang diterapkan Orochi, membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Bahkan, rakyat terpaksa memakan buah “smile”. Buah yang salah satu efek sampingnya, mampu menghilangkan emosi pemakannya sehingga ia hanya bisa tertawa palsu, meski di lubuk hatinya sedang menangis. Sebuah cerminan sempurna dari terpaksa bahagia di atas penderitaannya sendiri.

Tentu saja, kisah ini hanyalah fiksi hasil karangan Eiichiro Oda. Jika kejadian serupa terjadi di dunia nyata, maka dunia memang sudah gila![] 

Share the idea

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *