Politik

Zionis Asia Tenggara: Memahami Dalang Politik dari Masalah Muslim Rohingya

Share the idea

Banyak yang mengklaim, bahwa orang Rohingya sebenarnya sudah dibangunkan tempat pengungsian di Bangladesh dan Myanmar. Jadi, kepergian mereka ke Indonesia, menjadi tanda tanya besar.

Emang gimana sih kondisi pengungsian mereka?

Kepadatan tempat pengungsian Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh

Di Bangladesh, ada 2 wilayah besar yang dikhususkan untuk pengungsian mereka: Cox’s Bazar dan Bhasan Char.

Kondisi pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh

Di Cox’s Bazar, ada > 900 ribu pengungsi yang menjadikannya sebagai tempat pengungsian terbesar dan terpadat di dunia. Kondisi tempat pengungsian ini terus memburuk dan jauh dari kata layak.

Walhasil, pemerintah Bangladesh membangun tempat pengungsian alternatif di Pulau Bhasan Char, sebuah pulau terpencil di ujung Bangladesh.

Tempat pengungsian di Pulau Bhasan Char

Bhasan Char yang pembangunannya menghabiskan sekitar 350 juta USD (atau > 5 triliun rupiah) itu, dibangun untuk menampung sekitar 100 ribu pengungsi, dan saat ini sudah ada puluhan ribu pengungsi yang dipindahkan.

Namun, selain dikhawatirkan bahwa kepindahan mereka ke tempat lain justru akan menghambat proses kepulangan mereka ke Myanmar kelak (sebagai destinasi utama mereka), tempat pengungsian yang sekilas terlihat sangat mewah itu, ternyata hanya bagus dari luar.

Pulau terpencil yang terbentuk dari endapan lumpur Himalaya dan berada hanya 2 meter dari permukaan laut itu, rawan terkena badai topan (dengan kapasitas evakuasi yang terbatas), berpotensi tenggelam seluruhnya jika topan kuat terjadi saat air pasang, dan tak bisa diakses ketika cuaca buruk. Mereka kekurangan akses terhadap makanan dan fasilitas kesehatan, dengan rumah sakit terdekat berjarak puluhan kilometer dari daratan yang berada di seberang pulau dan baru bisa diakses 3 jam dengan perahu dan 2 jam dengan mobil berbiaya tinggi.

Maka, alternatif terbaik adalah memulangkan mereka ke Myanmar, bukan? Nyatanya, tak semudah itu.

Bhashan Char, pulau yang terbentuk dari endapan lumpur. Penduduk terisolasi di pulau terpencil yang berjarak puluhan kilometer dari daratan, yang diperparah dengan akses makanan dan fasilitas kesehatan yang tak maksimal.

Kembali ke Myanmar tanpa jaminan keamanan, tentu taruhan nyawanya lebih besar, akibat ancaman Junta militer Myanmar. Tanpa peralatan militer yang memadai, orang-orang Rohingya yang banyak di antaranya perempuan dan anak-anak, tentu memilih hijrah. Apalagi, Myanmar juga bukan tanah suci.

Asap pembakaran tempat tinggal Rohingya oleh Militer Myanmar, terlihat dari Bangladesh

Bagaimana dengan klaim-klaim lainnya?

Seorang influencer muslimah pernah menyampaikan. Bahwa berdasarkan cerita penduduk asli Myanmar yang beragama Buddha, konflik seputar Rohingya dimulai dari perebutan wilayah oleh Rohingya (yang berasal dari Bangladesh) terhadap etnis Islam asli Myanmar yang bernama Rakha dengan melakukan kekerasan. Walhasil, pemerintah Myanmar membela suku aslinya dan mengusir Rohingya.

Pertanyaannya, etnis Islam asli Myanmar yang bernama Rakha ini, etnis yang seperti apa sih? Dan kapan kekerasan itu terjadi?

Entahlah. Penelusuran atas berbagai literatur, hasilnya nihil. Kata paling dekat dengan Rakha dan berhubungan dengan muslim adalah “Rakhine”, yang justru berkonotasi erat dengan Rohingya itu sendiri.

Jika diibaratkan, pertanyaan dari influencer muslimah tersebut kepada penduduk asli Myanmar yang beragama Buddha, mirip seperti kita yang bertanya masalah Palestina, kepada orang Israel, dan kita percaya tanpa melakukan validasi mendalam.

Lalu, gimana dengan klaim minta tanah di Indonesia?

Nyatanya, sebagaimana yang dikonfirmasi akun resmi UNHCR sendiri, berita ini hoax. Sisanya, adalah asumsi yang dibangun berdasarkan “logical fallacy”.

Kami tentu memahami kekhawatiran sebagian besar masyarakat yang secara tidak langsung, juga disebabkan oleh ketidakhadiran pemerintah dalam mengurusi urusan rakyatnya. Tapi, mengamplifikasi kebencian terhadap etnis tertentu dengan menggunakan kesalahan berlogika (logical fallacy) apalagi hoax, adalah hal yang sangat perlu diluruskan.

Kami paham bahwa julid fi sabilillah adalah jalan juang masyarakat Indonesia, yang pernah digelari Microsoft sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Kami pun paham, bahwa tingkat literasi kita berdasar score PISA, juga tak bisa dibanggakan. Tapi, perlahan kita harus belajar jujur dan objektif, agar informasi yang disampaikan tidak menjadi fitnah bahkan namimah (adu domba) yang berujung dosa jariyah.

Kapasitas KLI dalam isu Rohingya, tentu tak sebatas meluruskan kekeliruan informasi dan kesimpulan netizen. Jika sekedar itu, KLI tak perlu turun tangan.

KLI akan membahas hal yang lebih kompleks, yang terhubung dengan muasal utama masalah ini. Sebab, pemetaan masalah Rohingya, sebagaimana Palestina dengan 1948, 1967, dst, juga punya tahun-tahun penting yang harus kita lihat. Menilai Palestina hanya dari peristiwa 7 Oktober 2023, tentu tak memberikan kesimpulan yang benar atas keseluruhan masalah.

Terlebih, pemerintah Myanmar ternyata telah lama menjalin hubungan dengan zionis Israel. Walter Eytan (Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Israel) dalam tulisannya kepada Kepala Staf IDF, Moshe Dayan, pada Maret 1954 menyatakan,

“Burma (Myanmar) adalah teman paling setia Israel di Asia, dan hubungan antara tentara Israel dan tentara Burma bisa menjadi sangat penting, setidaknya secara diplomatis.”

Maka, KLI berencana menyampaikan analisis sejarah maupun politik seputar Rohingya dalam forum diskusi.

Forum diskusi dengan bahasa yang enak dan mudah dipahami ini, kami sajikan khusus untuk sahabat KLI yang ingin menghemat waktunya dari membaca buku berbahasa Inggris yang memakan waktu hingga berjam-jam, atau yang tak ingin repot-repot memvalidasi data dan informasi hoax yang beredar di internet, atau tak memiliki akses untuk berdiskusi langsung dengan tim UNHCR dan tokoh-tokoh yang kami kunjungi di Aceh.

Untuk bergabung dengan acara diskusinya, klik https://linktr.ee/kli.books dan klik join kelas KLI

Share the idea

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *