Sejarah

Bagaimana Jadinya Jika Peradaban Islam di Thailand Berhubungan dengan Khilafah?

Share the idea

Jika mendengar kata “Thailand”, mungkin hal familiar yang ada di pikiran kita adalah…

Sayangnya, tak banyak dari kita yang mengetahui kehidupan muslim dan eksistensi peradaban Islam yang menjadi agama terbesar ke-2 di Thailand itu…

Maka, izinkan kami memperkenalkan Pattani, yang saat ini merupakan satu dari empat provinsi mayoritas muslim di Thailand – berdampingan dengan provinsi Yala, Narathiwat, dan Satun.

Melalui peta Thailand Selatan di atas, kita dapat persebaran etnis penduduk di wilayah yang saat ini berbatasan dengan Malaysia. Warna krem menunjukkan wilayah dengan mayoritas suku Thai (Siam). Warna kuning didominasi campuran Melayu-Thai, dan oranye didominasi etnis Melayu.

Adapun gambar kanan adalah lambang provinsi Pattani, yakni Meriam Seri Pattani. Meriam kebanggaan muslim di Thailand itu merupakan meriam terbesar yang pernah dibuat negeri gajah putih, yang ternyata diproduksi oleh ahli senjata Khilafah ‘Utsmaniyyah.

Perbandingan ukuran Meriam Seri Pattani, meriam raksasa buatan ‘Utsmani. Saat ini meriam tersebut berada di depan kantor Kementerian Pertahanan Thailand di Bangkok
Sheikhul Islam Thailand. Di masa ‘Utsmani, istilah Sheikhul Islam merujuk pada mufti Istanbul dan pimpinan tertinggi otoritas keagamaan
Muslim Pattani, bersama bendera merah bulan bintang

Uniknya, Pattani juga merupakan satu dari tiga Kesultanan yang menggunakan nama “Darussalam”, sebagaimana Aceh dan Brunei.

Muslimah Pattani dalam kampanye baju kurung bertajuk “Meeting Pemudi Pattani” di Masjid Sultan Muzaffar Shah (Krue Se/Kresik).
Masjid Sultan Muzaffar Shah/Krue Se/Kresik/Gresik, masjid peninggalan Kesultanan Pattani Darussalam yang sangat bersejarah bagi muslim di Thailand

Kesultanan Pattani Darussalam, juga pernah digelari “Serambi Mekkah”, karena menjadi titik kumpul bagi berbagai ulama dari Timur Tengah yang datang belajar dan mengajar.

Sayangnya, pada 1785 M Pattani dijajah oleh Siam (sebutan lama Thailand s.d 1932) yang memecah kesatuan Pattani dan berusaha mengganti identitas masyarakat muslim melayu-nya dengan identitas Siam yang berlandaskan Budhisme.

Garuda “Krut Pha”, lambang Kerajaan Buddha Siam. Kini menjadi lambang Thailand.

Sebagaimana sebuah wilayah yang dijajah, Pattani menghadapi berbagai kebijakan Siam yang merugikan. Beberapa kebijakan tersebut adalah:

1.Memilihkan penguasa Pattani, mencabut kedaulatan Pattani dalam memilih pemimpinnya sendiri, hingga menggantinya dengan para birokrat Thai-Buddha

2.Memecah Pattani menjadi 7 wilayah terpisah dan mencegahnya dari berbagai upaya persatuan,

3.Pemindahan warga Buddha Siam ke wilayah kaum muslimin, membuka perkampungan baru, dan memicu konflik di sana,

4.Mengekspoitasi kaum muslimin sebagai pekerja kasar dalam pengerukan sumber daya alamnya dan memperparah kesenjangan sosial,

5.Hingga pemalakan melalui pajak yang mencekik,

Surat dan pembahasan tentang Pattani dalam buku ke-3 KLI, “Siyasah Sulthaniyah”

Di tengah berbagai kedzaliman penjajahan Siam dan Inggris, Sultan Pattani Sulayman Syarif ‘Alau’uddin menghaturkan ba’iat dan loyalitasnya kepada satu-satunya institusi politik umat Islam global, yakni Khilafah ‘Utsmaniyyah.

Haturan loyalitas itu adalah bentuk penguatan hubungan antara muslim Pattani dengan Khilafah yang sudah terjalin ratusan tahun sebelumnya.

Langsung pesan bukunya di sini https://linktr.ee/kli.books
Share the idea

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *