PemikiranSejarah Bagaimana Media Mencitrakan Kebaikan Sekularisme Mustafa Kemal Ataturk? Muhammad Afifuddin Al Fakkar 7 Februari 202213 Februari 2022 0 Comments 'utsmaniyyah, liberalisme, mustafa kemal, sekularisme, turki Share the idea “Mustafa Kemal Pasha, Tiger of Islam”. Demikianlah merek dari jam tangan buatan Semarang yang diiklankan dalam majalah “Bintang Hindia” besutan Abdoel Rivai, dokter Medan yang murtad dan menjadi murid ideologis Snouck Hurgronje. Sumber gambar: https://www.reddit.com/r/PropagandaPosters/comments/7eevf7/ottoman_propaganda_following_gallipoli_victory/Menyusul kemenangan Turki di Gallipoli, berbagai media memang mencitrakan Mustafa Kemal sebagai “singa” dan “harimau” yang berhasil membangkitkan kekuatan Turki yang selama ini dijuluki sebagai “Orang Eropa yang Sakit” (The Sick Man of Europe). Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/293437731977315215/ Berbagai pencitraan itu, memang didukung oleh propaganda besar-besaran media Barat, baik di dalam maupun di luar wilayah Turki. Majalah Time edisi 24 Maret 1923 memujinya sebagai “Emansipator Turki” dan berhasil mengeluarkan ‘Utsmaniyyah dari pendudukan asing sekaligus membawa Turki menuju modernisme melalui pembebasan cara berpikir (liberalisme) sebagai lawan atas kekolotan umat Islam yang terkungkung oleh kekakuan ajaran agamanya.Sumber gambar: http://content.time.com/time/covers/0,16641,19230324,00.html Salah satu langkah modernisasi itu, sebagaimana yang juga diliput oleh Majalah L’Illustration edisi 13 Oktober 1928, dilakukan dengan mengenalkan alfabet baru Turki yang sepenuhnya menggantikan bahasa Osmanlica, yakni bahasa yang digunakan ‘Utsmaniyyah yang mengorbit pada bahasa Arab dan Persia.Kemal memilih menggunakan bahasa baru dan tidak kembali pada bahasa Arab. Meski hanya mengganti bahasa, apa yang dilakukan Kemal sejatinya menjauhkan umat Islam dari agamanya, karena untuk memahami ajaran Islam, termasuk dalam proses ijtihad, pemahaman atas Bahasa Arab adalah hal yang mutlak adanya.Sumber gambar: https://mustafakemalim.com/nadir-18-fotograf-ve-belgeyle-harf-devrimi-gunlerinde-ataturk-ve-turk-basini/ Sekularisasi di bidang pendidikan, tak hanya dilakukan dengan menjauhkan kaum muslimin dari bahasa Arab. Para generasi baru Turki yang ia didik, juga dikenalkan dengan kehidupan yang liberal tanpa terikat kewajiban berkerudung. Majalah Karagöz, 14 November 1928.Sumber gambar: https://historyontheorientexpress.tumblr.com/image/619814835945881600 Karena sekularismenya, Kemal diposisikan paling atas sebagai pemikir yang paling jenius dibandingkan Voltaire, Karl Marx, Emmanuel Kant, Galileo, Socrates, Raffaello Sanzio, Newton, Shakespeare, Lincoln, hingga Nietzsche. Majalah Aklın Hakimiyeti edisi Agustus 1928.Sumber gambar: https://mustafakemalim.com/insani-dehalar-arasinda-en-iyisi-gazi-mustafa-kemal-hazretleri/ Atas kontribusinya, ia bahkan disejajarkan dengan sosok Sultan Muhammad al-Fatih, Sultan Alp Arslan, dan Mimar Sinan sang arsitek yang sedang merangkul dan memberi selamat kepadanya yang dianggap sebagai pahlawan karena berhasil mendirikan Republik dan menghentikan pendudukan sekutu atas Turki.Sumber gambar: https://historyontheorientexpress.tumblr.com/post/164333388088/tarihte-devaml%C4%B1l%C4%B1k-selimiye-camii-%C3%B6n%C3%BCnde-sevri Berbagai kerja keras Mustafa Kemal, termasuk dalam penghapusan Khilafah, tentu saja menyenangkan hati Barat. Karena bagi umat Islam, Khilafah, yang meski dalam keadaan lemah, tetaplah dianggap sebagai simbol persatuan dan landasan diterapkannya hukum Islam. Tanpanya, penerapan Islam hanya dianggap sebagai urusan individu dan kehilangan esensinya.Sumber gambar: https://www.reddit.com/r/PropagandaPosters/comments/973ay7/inkilap_turkish_kemalist_poster_19231938/ Share the idea