Teori Konspirasi dan Masa Depan Umat Islam
Kumpulan Tanya Jawab dari program NGOBIM #30 bersama Prof. Dr. –Ing. Fahmi Amhar (Professor for Spatial Information System dan Peneliti Badan Informasi Geospasial)
4:17 Selama masa pandemi ini, berkembang berbagai isu terkait teori konspirasi maupun kabar adanya dukhon sebagai salah satu tanda kiamat. Bagaimana profesor memandang hal ini?
Teori konspirasi muncul karena ada orang-orang yang menganggap apa yang terjadi tidak sesuai dengan idealisme mereka, kemudian mengalami eskapisme. Mereka lari dari kenyataan dan tidak ingin menghadapi problema tersebut secara konkrit sehingga mencari penjelasan yang sayangnya, tidak mungkin diverifikasi.
Dengan mendapatkan penjelasan tersebut, mereka mendapat ketenangan, kepuasan, bahkan merasa memiliki pengetahuan yang lebih banyak dari orang kebanyakan, terutama para ahli yang mereka anggap telah dimanipulasi oleh elit global sebagai tersangka utama. Berbagai data mereka yang tidak bisa diverifikasi tersebut adalah sebuah data alternatif untuk melawan berbagai data yang selama ini ditampilkan oleh media maupun lembaga resmi yang memiliki otoritas, dengan menganggap bahwa data otoritatif tersebut juga telah dikendalikan dan dimanipulasi oleh elit global.
Bagaimana dengan dukhon?
Dalam sejarah, berbagai fenomena alam yang kemudian dihubungkan sebagai tanda-tanda kiamat adalah bukan kali pertama.
Di kitab tarikh khulafa’ karya Imam As-Suyuthi yang ditulis di abad ke-14, banyak bencana yang juga ditafsirkan sebagai tanda-tanda kiamat. Peristiwa ini bukanlah hal baru. Dan biasanya, tidak ilmiah. Kebanyakan prediksi tersebut memiliki penggalian literasi yang tidak dalam dan tidak cukup sabar membaca berita sampai tuntas, apalagi sampai mengecek rujukannya maupun mengonfirmasi kepada para ahli dan ilmuwan. Cukup berhenti di judul dan mengutip beberapa hal penting yang dirasa bisa dijadikan argumentasi pendukung.
10:24 Bagaimana dengan gerakan anti-vaksin dan bumi datar?
Fenomena munculnya pendukung bumi datar sebenarnya pertama kali tidak terjadi di negeri muslim, melainkan di Eropa.
Hal ini berawal dari banyak penemuan scientific yang ternyata bertentangan dengan doktrin-doktrin bibel. Walhasil, gereja marah karena merasa banyak yang umat kristiani yang membelot dan kehilangan keimanannya.
Mereka kemudian membuat buku yang berjudul, “The Fundamental of Truth” (Dasar-Dasar Kebenaran) yang pada intinya menyatakan bahwa kebenaran hakiki/absolut itu ada di kitab suci (bibel), sedangkan perkara scientific itu adalah kebenaran relatif. Walhasil, semua penemuan scientific sepanjang sejarah, apabila bertentangan dengan kitab suci, wajib ditolak. Hal ini kemudian memunculkan berbagai macam pemikiran turunannya, seperti bumi itu datar, bumi itu pusat alam semesta, termasuk menihilkan eksistensi dinosaurus di masa lalu.
Karena bukunya berjudul “The Fundamental of Truth”, maka mereka disebut sebagai kelompok Fundamentalis. Dalam konteks saat ini, ketika ada umat Islam yang memiliki sifat seperti mereka, maka diberi julukan yang sama.
Tentu mengherankan ketika paham bumi datar ini justru diadopsi oleh kaum muslimin, dan menganggap sumber masalahnya adalah elite global yang berbagai pernyataannya sekali lagi tidak bisa diverifikasi.
Namun, hal ini juga dipahami sebagai fenomena adanya orang-orang yang merasa jenuh dengan situasi saat ini yang kebanyakan tidak sesuai dengan idealisme mereka. Anti-mainstream, anti-pers, anti-pemerintah, kemudian escape dengan mencari penjelasan dan bertemu dengan kelompok-kelompok yang memuaskan idealisme mereka.
Di masa sekarang ini, fenomena tersebut ternyata ter-transfer dari Eropa kepada umat Islam. Padahal, umat Islam di abad pertengahan, baik para ilmuwan maupun ulama, terhadap hal-hal tersebut, sudah clear. Yang belum clear hanya di kalangan orang-orang Eropa yang mengalami abad kegelapan (The Dark Ages).
Bagaimana dengan vaksinasi?
Menurut mereka vaksinasi adalah metode untuk mengendalikan manusia, terutama di negeri muslim sebagai target utama. Tak hanya mengendalikan manusia, teori sejenis kemudian berkembang hingga menganggap Amerika juga dapat mengendalikan cuaca maupun gempa. Pokoknya, Amerika itu super power-lah.
Namun, ketika ditunjukkan fakta bahwa ternyata tingkat vaksinasi tertinggi justru ada di Israel, hal itu dianggap hoaks. Padahal, itu data resmi. Bahkan tentara Amerika dan Irak yang dikirim ke Afghanistan juga divaksinasi. Ketika sudah terpojok, kalangan ini kemudian menuduh orang-orang yang menyampaikan data itu sebagai agen penguasa global.
16:11 Secara psikologis, penyebaran info terkait konspirasi atau fakta-fakta yang mengarah pada pseudoscience di kalangan umat Islam mungkin berkaitan dengan kondisi kita yang merasa inferior. Bagaimana profesor memandang hal ini?
Secara psikologis, apa yang terjadi pada umat Islam hari ini adalah wujud rasa kecewa karena tidak memiliki sesuatu untuk dibanggakan. Walhasil, gharizah baqa nya akan mencari sesuatu yang bisa ia banggakan, sekalipun itu tidak masuk akal.
Bahkan saat ini pun umat Islam memang sudah kehilangan semua hal yang bisa dibanggakan. Katanya, umat Islam itu punya akhlak. Akhlak apa? Realita justru menunjukkan bahwa negeri muslim kotor, tidak disiplin, bahkan koruptornya paling banyak. Nah, bingung kan?
Ekonomi umat Islam kalah, militer kalah, teknologi kalah, politik apalagi. Maka ketika muncul spekulasi teori konspirasi, langsung senang. Kita kemudian merasa lebih hebat dari mereka. Kita tahu bagaimana strategi mereka, kita tahu siapa dalangnya! Meskipun ternyata di kalangan para penggemar konspirasi ada ikhtilaf juga. Seperti dalam menentukan siapa sebenarnya yang menjadi penguasa dunia saat ini.
Ada yang bilang bahwa sang penguasa adalah Ratu Elizabeth sebagai pemimpin dari Knight Templar. Teori kedua adalah Bill Gates, orang paling kaya yang mengendalikan semua penguasa maupun orang-orang kaya yang lain. Ketiga adalah para Presiden Israel dengan Mossadnya, dengan freemasonry, dan dengan zionisnya. Yang paling menarik adalah yang keempat, bahwa yang paling berkuasa di muka bumi adalah syaithan/iblis. Dan bahkan mungkin saat ini daftar penguasa dunia sudah bertambah, karena Tiongkok pada saat itu belum dimasukkan dalam daftar.
Pertanyannya, bagaimana semua ini bisa diverifikasi?
22:08 Sebagai umat Islam, kita mempunyai kitab suci al-Qur’an dan hadits-hadits yang sebagaimana al-Qur’an, juga merupakan wahyu. Bagaimana seharusnya kita menempatkan kebenaran yang bersumber dari nash-nash syar’i dengan kebenaran yang dihasilkan dari sebuah proses scientific? Contohnya adalah teori Darwin terkait evolusi dan the origin of species.
Ada al-Qur’an, ada tafsir al-Qur’an. Al-Qur’an pasti benar, tetapi tafsirnya kadang benar, kadang belum tentu benar. Tafsirnya kan hasil pemikiran manusia. Demikian juga ada sains dan tafsir sains.
Ada beberapa fakta sains yang sudah clear, sudah mencapai derajat pasti, seperti fakta bahwa bentuk bumi yang mendekati bulat, atau adanya fenomena pemanasan global akibat aktivitas manusia. Di sisi lain, ada fakta sains yang masih berkembang menuju akurasi dan presisi yang lebih baik. Semisal seberapa cepat bumi ber-rotasi, atau seberapa cepat kenaikan suhu bumi. Nah, tafsir sains juga demikian. Ada yang sudah benar dan ada yang belum tentu benar.
Dalam teori evolusi, adanya evolusi karena seleksi alam, itu fakta sains yang tidak terbantahkan lagi. Artinya, mahluk hidup saat ini sudah menyesuaikan dengan lingkungan yang sekarang, sehingga yang tidak sesuai sudah punah. Namun, apakah asal-usul spesies itu berasal dari spesies yang berbeda, seperti manusia dari monyet, itu tafsir sains yang tidak bisa diverifikasi, tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Terlalu spekulatif. Apalagi ketika terbentur fakta bahwa jumlah kromosom antara monyet dan manusia itu berbeda, serta DNA yang juga tentu saja sangat berbeda.
(Bersambung di Youtube KLI)
Ada 7 pertanyaan yang disampaikan selama forum KLI online event berlangsung. Selengkapnya, ilmu ini dapat dinikmati di channel youtube Komunitas Literasi Islam
39:14 Berarti ada metode berpikir umat yang tercampur antara pemikiran ilmiah dengan pemikiran dalam memahami nash syar’i. Lantas, metode berpikir seperti apa yang seharusnya kita ambil?
45:16 Dalam kondisi umat Islam yang mengalami kemunduran, mungkinkah umat Islam itu bangkit?
57:15 sebenarnya umat islam sudah memiliki modal, yaitu tradisi keilmuan yang mengantarkannya pada masa keemasan Islam. Lantas, bagaimana masa depan umat Islam di dunia modern apabila kelak kembali meraih kejayaan? Bagaimana kondisi peradabannya? Apa yang membedakannya dengan peradaban saat ini yang bercorak sekuler dan kapitalistik?