Mengapa Palestina Menjadi Rebutan?
Akibat pembantaian yang terus berlangsung kepada bangsa Yahudi, mereka merencanakan untuk berhimpun di dalam suatu wilayah. Tempat yang mereka pilih adalah tanah yang dijanjikan, Yerusalem – dimana Istana Sulaiman pernah berdiri. Menurut ajaran Taurat dan Talmud, Istana Sulaiman harus didirikan kembali melalui tangan salah satu putra Daud. Dari dalam istana tersebut, salah seorang putra Daud akan memerintah seluruh dunia. Untuk mengumpulkan kaum Yahudi dari seluruh dunia, mereka menggunakan doktrin agama, bahwa mereka harus berkumpul di tanah leluhur mereka.
Pada 1887 M, di Basel (Swiss) organisasi Yahudi internasional – Freemasonry – mengadakan pertemuan untuk mempersiapkan rencana pendirian negara khusus bangsa Yahudi. Organisasi ini dipimpin oleh Theodor Hertzl.
Dalam kesempatan itu, Hertzl mengatakan, “Sesungguhnya alasan kita berkumpul di tempat ini adalah untuk mencari tanah yang akan kita jadikan sebagai negara kita.”
Sayangnya, Palestina, saat itu berada di bawah wilayah perlindungan Khilafah Utsmani yang dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II. Sosok Sultan yang berpendirian kuat dan tegas merupakan rintangan terbesar mereka. Mereka pun memikirkan berbagai cara untuk memperdaya Sultan. Membujuk dengan wanita atau minuman keras adalah cara yang tidak efektif. Maka, mereka menawarkan harta.
Mereka menawarkan empat hal kepada Sultan, yaitu:
- Memberikan 150 juta dinar emas kepada “kantong pribadi” Sultan
- Menutup sebagian besar hutang Khilafah Utsmani
- Membantu membangun armada laut
- Membangun sebuah universitas besar –dengan syarat berada di Palestina (pendirian Universitas ini dimaksudkan untuk memperluas pengaruh Yahudi melalui gerakan mahasiswa).
Sebagai imbalan dari tawaran tersebut, mereka meminta agar bangsa Yahudi diperbolehkan menempati Palestina.
Tawaran tersebut tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Sultan Abdul Hamid II sekaligus menantang Hertzl,
“Sesungguhnya andaikan tubuhku disayat-sayat dengan pisau atau salah satu anggota badanku dipotong, maka itu lebih aku sukai daripada aku perkenankan kalian tinggal di bumi Palestina yang merupakan negeri kaum muslimin. Sesungguhnya bumi Palestina telah dibebaskan dengan pengorbanan darah. Dan sekali-kali bumi itu tidak akan dapat dirampas dari mereka melainkan dengan pertumpahan darah. Dan sungguh, Allah telah memuliakanku sehingga dapat berkhidmat kepada agama Islam selama 30 tahun. Dan aku tidak akan mencoreng sejarah para leluhurku dengan aib ini.”
Sultan kemudian melanjutkan, “Simpanlah uangmu wahai Hertzl. Jika Abdul Hamid telah mati, maka kalian akan mendapatkan Palestina dengan cuma-cuma.”
Sultan Abdul Hamid sangat berhati-hati dalam menghadapi Hertzl, dan beliau sangat mengetahui berbagai intrik gerakan Yahudi yang menguasai kekayaan serta media massa.
Sultan sangat memahami, jika Yahudi dibiarkan tinggal di Palestina, dalam waktu singkat mereka akan menghimpun dan memusatkan berbagai kekuatan Yahudi sedunia. Sultan sangat mengkhawatirkan keselamatan penduduk Palestina.
Dalam pertemuan tersebut, Sultan melakukan analisa untuk mengetahui:
- Hakikat rencana Yahudi
- Peta kekuatan Yahudi internasional dan sejauh mana kemampuannya
- Menyelamatkan Khilafah dari makar jahat Yahudi
Sultan mengungkap kebusukan rencana Yahudi dan mengemukakan analisisnya tentang gerakan Zionisme, termasuk tentang Hertzl. Beliau berkata, “Tentu saja para aktivis zionisme tidak hanya menyibukkan dirinya dalam urusan pertanian di Palestina. Tetapi yang mereka inginkan adalah membentuk pemerintahan dan memilih wakil-wakilnya dalam arena politik. Aku sangat memahami arti dari rencana jahat mereka itu, yaitu mereka berdusta saat mereka memberikan gambaran rencananya. Sungguh, aku menghadapi upaya jahat mereka… Hertzl menginginkan tanah tersebut untuk teman-temannya seagama, tetapi sekedar semangat tidaklah cukup untuk menyelesaikan segala hal.”
Mengenai Al-Quds, Sultan menyatakan, “Mengapa kami harus melepaskan Al-Quds? Sesungguhnya Al-Quds adalah bumi milik kami selamanya. Dan akan tetap demikian, yaitu sebagai bagian dari kota-kota suci kami yang ada di bumi Islam. Karena itu, Al-Quds harus tetap bersama kami.”
Pasca pertemuan tersebut, Sultan mengeluarkan dua perintah kesultanan, yaitu ditolaknya keinginan Zionisme untuk memilih tanah-tanah Utsmaniyah dan mengembalikan mereka ke tempat-tempat mereka berasal.
Dalam catatan hariannya, Tahsin Pasha (Kepala Keamanan Kesultanan di masa Abdul Hamid) berkata, “Pembesar Zionisme Yahudi Austria datang ke Istanbul dan meminta izin dibangunnya tanah air Yahudi di daerah Al-Quds. Orang tersebut berkata bahwa mereka membahas masalah tersebut dengan mengatasnamakan Zionisme, dan bahwa Rothschilds, konglemerat yang terkenal itu, ada di belakang ini semua.”
Demikianlah, latar belakang pendudukan Palestina oleh Yahudi serta keteguhan Sultan Abdul Hamid II mempertahankan Palestina. Apa yang Yahudi lakukan sangatlah jauh ketika Yerusalem berada di bawah perlindungan Islam. Alih-alih memberikan kesejahteraan, mereka justru melakukan genosida, berbagai pemusnahan, dan penderitaan.[]
Sumber:
Asy-Syahid Syekh Abdullah Azzam. 2000. Runtuhnya Khilafah dan Upaya Menegakkannya. Al Alaq Pustaka. Solo.
Dr. Muhammad Harb. 2004. Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II. Pustaka Thariqul Izzah. Bogor.