Sejarah

Potret Peninggalan Freemason dan Teosofi di Indonesia

Share the idea
KIMIA FARMA JALAN BUDI UTOMO

Gedung ini dulunya adalah Loji Bintang Timur (De Ster in het Oosten) yang biasa dijadikan tempat beraktivitasnya para anggota freemason, seperti Dirk Labberton (guru tokoh-tokoh Budi Utomo) hingga Mohammad Tabrani (Ketua Kongres Pemuda 1926, kongres pendahulu Kongres Pemuda 1928 yang memprakarsai Sumpah Pemuda).

Setelah menjelma menjadi gedung Kimia Farma, bangunan yang biasa disebut “Rumah Setan” itu bahkan masih mempertahankan otentifikasi freemasonnya.
GEDUNG BAPPENAS

Terletak di Menteng, gedung ini dulu bernama Adhuc Stat yang sampai tahun 1930-an, masih menjadi salah satu dari 25 Loji di Jakarta yang aktif mengadakan kegiatan. Lantai catur yang biasa dikaitkan dengan freemason masih dipertahankan. Sebelum menjadi milik Bappenas, gedung ini digunakan mahkamah militer untuk mengadili tokoh-tokoh Gerakan 30 September pada 1966. 
OBELISK DI KEBUN RAYA BOGOR

Pengaruh Freemason di Bogor masa dulu memang kuat, sebagaimana salah satu kelurahannya yang dinamakan Loji.

Obelisk ini merupakan nisan Ary Prins, Doktor bidang hukum yang menjadi wakil presiden Dewan Hindia Belanda. Dipesan dari S Gravenhage (nama lama Den Haag) melalui perusahaan Devillers & Co, menunjukkan sosoknya yang tajir melintir.
OBELISK TUGU PROKLAMASI

Obelisk ini terletak di depan rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56 (sekarang Jalan Proklamasi) yang dulu menjadi lokasi pembacaan proklamasi kemerdekaan.

Pengurus Besar Provinsial Freemason Hindia-Belanda pada 1949 juga ikut mengucapkan selamat atas terpilihnya Soekarno dan Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden RIS, dan menyebut bahwa “tujuan-tujuan RIS untuk melayani kemanusiaan, seluruhnya mendapat resonansi dalam asas-asas Freemason.”
GEREJA KATHOLIK BEBAS S. ALBANUS

Tak hanya Museum Bandung yang pernah difungsikan sebagai sekolah Taman Kanak-Kanak milik Loge Sint Jan, jejak freemason alias tarekat mason bebas juga ditemukan di bangunan gereja yang saat ini menjadi lahan parkir alternatif di sekitar Lapangan Saparua, Bandung. Pada foto lamanya, terdapat lambang bintang david yang saat ini diganti tulisan “S. Albanus”.
KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Bekas Loge de Vriendschap (Friendship) ini masih berdiri kokoh di tengah hingar bingar Jalan Tunjungan, Surabaya. Sebagaimana namanya, teosofi mengajarkan pluralisme, bahwa semua ajaran agama disatukan dalam satu etika umum dan menjalankan persaudaraan universal tanpa memandang perbedaan agama, ras, warna kulit, kasta, maupun jenis kelamin. Agama bukanlah kebenaran absolut, dan anggota teosofi tak boleh menganggap ajaran agamanya paling benar.
Jemaat Teosofi di Surabaya bersama lukisan Madam Helena Petrovna Blavatsky, Yahudi Rusia yang membesarkan teosofi di Indonesia
Share the idea

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *