PemikiranPolitik

Sumber Kegagalan Pergerakan Mahasiswa

Share the idea

Penulis: Muhammad Fatkhurrozi

Sejak dulu negeri ini selalu punya sejarah sendiri. Mereka punya gerakan mahasiswa, student movement, yang tidak dimiliki oleh hampir semua negara di dunia. Revolusi Bolshevik di Rusia, Revolusi Prancis di Prancis, dan banyak revolusi terkenal lainnya semuanya bertenaga kaum dewasa.

Mahasiswa di negeri ini selalu diharap-harap menjalankan tugas sejarahnya, agent of change. Peristiwa ’66 dan ’98 merupakan kenangan yang sudah terlanjur mantap di hati masyarakat. Waktu itu, tuntutan bubarnya Orde Lama oleh mahasiswa yang disambut gayung oleh Sang Jenderal berujung pada peresmian Orde Baru. Percaya tidak percaya, Orde Baru yang sempat memberi harapan juga harus bubar juga karena mahasiswa. Dua peristiwa tersebut setidaknya memberi citra, mahasiswa di negeri ini sejatinya bisa diharapkan.

Namun, perjuangan-perjuangan itu harus diakui masih belum bisa dibawa kepada perbaikan sistemis. Perjuangan panjang mahasiswa selalu ‘dibajak’. Tumbangnya Orde Lama maupun Orde Baru ternyata menyisakan problema. Setiap rezim pengganti masih mengulang SOP yang sama, mengikuti arahan asing sembari mencitrakan diri sebagai pro rakyat. Solusi yang sering bergaung, adalah “asal bukan presiden-A, B, atau C”, tapi sama sekali tidak menyentuh akar persoalan.

Di sisi lain, kita juga harus mengakui dan diingatkan kembali. Bahwa, jika perjuangan mahasiswa di negeri ini senantiasa mengatasnamakan rakyat, maka mereka yang saat ini berada di lingkaran kekuasaan, dari dulu lebih lantang mengaku atas nama rakyat.

Jika hari ini yang dituntut adalah turunnya harga-harga, mereka yang berada di lingkaran kekuasaan saat ini dari dulu juga menuntut hal serupa.

Uniknya, perulangan ini memang terus kita lakukan. Ya, harus diakui, kita memang mengulang SOP yang sama.

Pragmatisme pergerakan mahasiswa – bahkan juga orang tua – terlihat karena masih digunakannya alasan ‘tuntunan perut’ untuk menjadi asas pergerakan. Menolak BBM naik karena apa? Ya ujung-ujungnya agar rakyat bisa sejahtera, bisa makan tiga kali sehari. Ini jelas masih pragmatis.

Padahal Buya Hamka pernah bertuah, bahwa ”jika hidup hanya sekedar hidup, maka kera di hutan pun juga hidup.”

Manusia yang hanya hidup untuk memenuhi kebutuhan perut dan sejengkal di bawah perut, harus diakui memang tak ubahnya dengan hewan. Padahal, bekal akal dari Sang Khaliq hendaknya menjadi titik awal kita untuk memikirkan arti sejati dari kebahagiaan dan perjuangan hakiki.

Di sisi lain, banyak mahasiswa yang idealis itu tumbang ketika berhadapan dengan beban akademis yang kian mencekik. Garis perjuangan politik mahasiswa sudah lama memasuki fase jenuh. Mungkin mahasiswa sudah capek dengan pergerakan politik yang seolah tak membuahkan hasil. Dianggap sudah tidak relevan, kini turun ke jalan hanya dianggap pekerjaan mahasiswa yang IP nya pas-pasan. Yang penting dilakukan saat ini adalah lebih cepat lulus, lebih baik.

Ketulusan mahasiswa untuk memperbaiki negeri tidak bisa hanya bermodal semangat, namun juga ideologi yang kuat. Manusia harus membawa dirinya kepada level berpikir yang “beyond physical needs “, bukan ‘tuntutan perut’ semata. Perjuangan kepentingan menurut dirinya sendiri tidak akan membawa kebangkitan yang sebenarnya.

Perenungan perlu dilakukan demi menjawab “darimana kita berasal, apa tujuan hidup kita, dan akan kemana kita?” sebelum merumuskan konsep pergerakan mahasiswa. Dari sini hendaknya kita sadar, kita membutuhkan seperangkat aturan yang tak hanya menyentuh aspek spiritual, namun juga sistem pengaturan masyarakat secara struktural. Yang ternyata, di dalam Islam, aturan-aturan ideologis itu sudah sejak awal memang sudah digariskan.

Mahasiswa harus menjawab pertanyaan mendasar “mengapa harus bergerak” sebelum berbicara “harus bergerak ke arah mana” atau “harus bergerak dengan cara apa”. Kegagalan yang sama hanya akan terus berulang, jika mahasiswa belum menjawab problem terbesar kehidupan manusia.

Mau sampai kapan negeri ini menanti? []

Share the idea

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *