Masyumi Ciptaan Jepang?
Pada tahun 1937 berdiri MIAI (Al-Majlisul Islami A’la Indonesia), sebuah perkumpulan kaum Muslim atas prakarsa beberapa tokoh Islam senior dari NU dan Muhammadiyah, selain itu bergabung beragam organisasi Islam lain pula. MIAI begerak lebih pada gerakan sosial keagamaaan. Di tahun 1942 saat Pemerintah Kolonial Jepang menjajah bumi Nusantara kembali mengizinkan pendirian kembali MIAI yang sebelumnya dibubarkan karena “penolakan Jepang terhadap bentuk politik Umat Islam”.
Niat Jepang untuk bekerja sama dengan Ulama pun pupus, setelah terjadi silang pendapat terkait upacara Sakeirei yang dalam ajaran Islam adalah bentuk kesyirikan. Tak ayal, Kiai Hasjim Asy’ari dan Kiai Mahfudz Siddiq pun kemudian dijebloskan ke penjara akibat penolakan itu.
Merasa tak dapat bekerjasama dengan Ulama (MIAI), November 1943, lahirlah Masjumi pertama, Madjelis Sjoero Moeslimin Indonesia. Surabaya atas prakarsa Jepang. Masjumi pertama ini menjadi alat Jepang untuk mendukung kepentingan mereka.
Namun seiring berjalannya waktu, Masjumi pertama ini mulai diisi oleh jajaran pengurus alumni MIAI yang telah dicampakkan oleh Jepang. Bergeserlah pergerakan itu.
Keuntungan pembelajaran dan sokongan dana dari Jepang inilah yang dimanfaatkan oleh para pengurus Masjumi untuk melebarkan sayapnya di seluruh nusantara. Masjumi mampu membangun jaringan yang membentang ke seluruh Nusantara, merekrut para milisi kemerdekaan, serta meraih ketenaran yang terbilang setara dengan kaum Nasionalis.
Dua bulan pasca Kemerdekaan Indonesia, ditambah dengan ‘kekecewaaan’ Umat Islam atas penghapusan Tujuh Kata di Piagam Jakarta semakin mempererat Umat Islam.
November 1945, dilaksanakanlah Kongres Umat Islam bertempat di Yogyakarta yang beresolusi untuk membentuk kesamaan politik Umat Islam, Partai Masyumi. Bahkan sebelum Kongres tersebut, sudah 12 kali dalam kurun waktu 1921-1941 Ulama dan Umat Islam mengadakan Kongres Al-Islam dalam merespon beragam kondisi Umat Islam di Dunia, termasuk merespon runtuhnya Khilafah Utsmaniyah di Turki di tahun 1924.
Pembentukan Partai Masyumi hasil Kongres Umat Islam tahun 1945 tentulah berbeda dengan Masjumi bentukan Jepang di tahun 1943. Penggunaan nama yang sama lebih disebabkan karena pertimbangan nama Masjumi yang sudah dikenal serta sudah terdapatnya jaringan yang di seluruh Indonesia.
Ekspresi politik Umat Islam kala itu begitu memuncak juga bersebab kerasnya pelecehan dan pertentangan kaum sekuler-nasionalis terhadap ajaran serta ide-ide Islam. Alhasil, Partai Masyumi lahir ditengah dua kondisi : suasana revolusi dan pertarungan ideologi-ideologi [].
Sumber :
Artawijaya. 2014. Belajar dari Partai Masjumi. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta.
Remy Madinier. 2013. Partai Masjumi: Antara Godaan Demokrasi dan Islam Integral. Mizan Pustaka. Bandung.
Gambar: https://mediadakwah.id/wp-content/uploads/2019/03/pengurus-masyumi.jpg