Mengapa Perang Dunia Ketiga Tidak Segera Terjadi?

Share the idea

Capitalist Peace adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa negara-negara yang menggunakan kapitalisme sebagai sistem untuk mewujudkan pembangunan ekonominya tidak akan berperang dengan negara kapitalis lain. Akar filosofis teori ini dapat dilacak dari filsuf-filsuf Barat, seperti Immanuel Kant, Norman Angell, Joseph Schumpeter, Adam Smith, Richard Cobden, Montesquieu, dan lain-lain. Di dalam buku Perpetual Peace (1795) karya Immanuel Kant, dijelaskan bahwa semangat perdagangan…cepat atau lambat akan menyatukan setiap bangsa, dan hal ini membuat perang sulit terjadi”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Norman Angell pada awal abad ke-20. Dalam bukunya, The Great Illusion: A Study of the Relation of Military Power to National Advantage (1913), ia menyatakan bahwa saling ketergantungan dalam perdagangan di era modern membuat perang tidak menguntungkan. Stuart Bremer juga menguji relasi antara kapitalisme dan perang, dalam penelitianya ia menemukan bahwa kapitalisme lebih kuat menciptakan perdamain antar bangsa dibandingkan dengan demokrasi—democratic peace (dalam Journal of Conflict Resolution dengan judul Dangerous Dyads: Conditions Affecting the Likelihood of Interstate War, 1816-1965 (1992)).

Kalangan liberal beranggapan bahwa perdagangan bisa mengantarkan suatu negara dalam kesejahteraan. Adapun kesejahteraan, mampu menghilangkan kondisi domestik suatu negara untuk terlibat dalam perang. Sebaliknya, kemandekan ekonomi bisa memicuh elit politik suatu negara untuk terlibat perang sebagai sarana menyatukan dukungan politik warganya (Jack S. Levy dalam jurnalnya yang berjudul Theories and Cause of War). Lebih jauh, Weede (1995) menjelaskan bahwa perdagangan memicu kesejahteraan, kesejahteraan memicu demokratisasi, dan demokrasi memicu perdamian—democratic peace.

Turunan teori ini ialah Teori Lengkung Emas (Golden Arches Theory) yang dimuat dalam buku karya Thomas L. Friedman dengan judul “The Lexus and Olive Tree (1999)”. Friedman menuliskan, bahwa “belum pernah ada dua negara yang berperang melawan satu sama lain sejak McDonald’s masuk ke dua negara tersebut”.

McDonald, diibaratkan sebagai representasi kapitalisme

Pernyataan ini dilandasi dari pengamatan Friedman yang melihat bahwa tatkala suatu negara mencapai pembangunan ekonomi dengan warga yang telah memiliki kehidupan layak yang cukup besar, maka akan dimanfaatkan oleh McDonald’s sebagai pasarnya, dan negara tersebut akan menjadi negara McDonald’s—maksudnya negara kapitalis—dengan semangat berperang yang mendekati nol.

Namun tidak lama setelah teori ini muncul, NATO—aliansi pertahanan Atlantik utara—mengebom Yugoslavia, padahal restoran McDonald’s telah berdiri di negara tersebut. Maka dari itu, untuk menyempurnakan Teori Lengkung Emas tersebut, Friedman dalam bukunya “The World is Flat (2005)” (tentu saja ini bukan buku yang mendukung bentuk bumi datar) menggagas sebuat teori pencegahan konflik, yakni Teori Dell.

Teori Dell menjelaskan tentang relasi antara rantai pasokan global dengan perang. Thomas L. Friedman menyatakan, bahwa “belum pernah ada dua negara rantai pasokan global, misalnya Dell (perusahaan elektronik AS), yang berperang melawan satu sama lain selama keduanya merupakan anggota rantai pasokan global yang sama”.

Artinya, selama sebuah perusahaan memiliki operasi rantai pasokan besar di negara-negara selain negara markasnya (home country), maka negara-negara itu tidak akan pernah terlibat konflik bersenjata satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan ekonomi yang sangat besar di antara negara-negara tersebut, sehingga membuat pemimpin negara-negara tersebut berpikir beribu kali untuk melakukan kontak senjata dengan negara lain yang memiliki satu rantai produksi denganya.

Karena jika perang sampai terjadi di antara mereka, maka akan mengakibatkan kerugian yang amat besar di antara negara-negara tersebut.

“Sekuat-kuatnya ego negara raksasa ekonomi ketika berkonflik, selama perdagangan antar negara kuat, selama pabrik-pabrik dan representasi perusahaan penting masih bercokol di negara lawan, dan selama kerjasama ekonomi antar negara terus menguat secara agregat, maka perang merupakan pilihan politik luar negeri yang tak akan pernah diambil oleh para raksasa ekonomi dunia tersebut.

Peperangan antar negara raksasa ekonomi hanya akan terjadi di media sebagai ramalan dan tulisan-tulisan propagandis tanpa dasar. Karena perang adalah suatu kerugian, maka hanyalah mitos jika mereka berkonfrontasi langsung untuk angkat senjata. Begitulah yang dimaksud oleh Capitalist Peace, Golden Arches, dan Dell Theory.”

Share the idea

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *