BudayaPemikiran

Lantas, Nasionalisme Itu Untuk Apa?

Share the idea

DI SUATU MASA…

Dulu, tanah ini dihuni oleh leluhur kami. Lalu, datanglah Inggris dan Belanda yang dengan seenaknya mematok dan membatasi tanah leluhur kami. Kami sebenarnya bersaudara, namun akibat garis perbatasan yang ditetapkan para penjajah tersebut sekarang kami terpisah. Kami tidak bisa lagi hidup dalam satu keluarga seperti dahulu.

Sebuah keluh warga perbatasan RI-Malaysia di pulau Kalimantan.

DI MASA YANG LAIN…

Padang Uhud di Madinah baru saja menjadi saksi pertempuran antara yang haq dan yang bathil. Di antara puluhan mayat yang bergelimpangan, salah seorang sahabat menemukan al-Ushairim, seorang penduduk Madinah yang baru saja masuk Islam di hari perang Uhud, terluka parah dan sekarat. Para sahabat bertanya,

“Hai al-Ushairim, apa yang memotivasimu ikut perang? Apakah karena kecintaanmu pada negerimu ataukah cinta kepada Islam?

Di sela nafas yang semakin berat ia menjawab, Cinta kepada Islam, aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian aku berperang bersama Rasulullah hingga menimpaku seperti apa yang kalian lihat.”

Tak lama berselang, tiba saatnya Izrail menjemput. Para sahabat kemudian menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah. Manusia paling mulia di dunia dan akhirat tersebut bersabda, “Ia termasuk penghuni Surga”. Abu Hurairah berkata, “Dan ia belum shalat kepada Allah walau sekali.”

Kemudian, datanglah Qazman – seorang prajurit gagah berani yang berhasil membunuh 7 hingga 8 prajurit musyrikin – dalam keadaan penuh luka. Namun, di sela-sela napas penghabisan ia berkata, “Demi Allah, aku tidak berperang kecuali karena martabat kaumku dan kewajiban membela tanah kelahiranku, seandainya bukan karena hal tersebut aku tidak akan berperang.” Kemudian untuk mengurangi rasa sakit yang semakin menjalar, ia menikam dadanya dengan pisau belati. Ketika mengingat orang tersebut, Rasulullah hanya berkomentar, “Ia termasuk penghuni neraka.”

Sahibul hikayat menulis,

“Inilah akhir dari perjalanan mereka yang bertempur karena nasionalisme atau karena apapun juga selain meninggikan kalimat Allah meski mereka berperang di bawah panji Islam, bahkan meski dalam pasukan Rasulullah dan para sahabat”

Sumber: Shafiyurrahman al-Mubarakfuri. 2014. Sirah Nabawiyah. Qisthi Press: Jakarta.

Share the idea

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *